UJI DAYA ANTIMIKROBA MADU
LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Mikrobiologi
Dibina oleh Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M.Si dan Dr. Endang Suarsini, M.S
Oleh:
OFF BB/Kelompok 1
1. Amirul Hasan 207341409186
2. Candra Hermawan 207341412046
3. Sayu Chyntia 207341409187
4. Nuril Hidayati 207341409602
5. Tatit Milarsih 207341412054
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
April 2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengunaan antibiotika oleh masyarakat untuk terapi infeksi bakterial tidak jarang menimbulkan berbagai masalah seperti efek samping, dan harganya yang relatif mahal akibat bahan baku yang belum tersedia di dalam negeri. Madu merupakan salah satu kekayaan alam Indonesia yang sering dimanfaatkan sebagai obat luka (gangren). Pseudomonas aerugenosa merupakan salah satu dari tujuh spesies bakteri yang biasa terdapat pada luka infeksi. Kebiasaan masyarakat yang sering memanfaatkan madu sebagai obat luka ini menimbulkan pertanyaan apakah madu mempunyai kemampuan untuk menghambat perkembangbiakan dan membunuh pertumbuhan bakteri pada luka infeksi (Isti’anah, tanpa tahun).
Beberapa madu dinamai sesuai dengan sumber utama pakan lebahnya. Contohnya, lebah yang hidup di perkebunan randu akan menghasilkan madu yang dinamai madu randu, lebah yang hidup di daerah yang banyak tanaman mangga akan menghasilkan madu yang dinamai madu mangga. Adapula madu yang dinamai berdasarkan daerah asal madu, misalnya madu putih Sumbawa untuk madu yang berasal dari Sumbawa dan madu murni lokal untuk madu yang diternakkan di wilayah setempat (Ririn, 2008).
Sejak dulu madu telah digunakan dan dipercaya bermanfaat untuk menjaga kebugaran tubuh serta pengobatan beragam penyakit oleh manusia di seluruh dunia. Bukti tertulis tertua tentang pengumpulan serta pemanfaatan madu oleh manusia adalah sebuah lukisan pada batu jaman Mesolitikum sekitar 10.000 tahun yang lalu. Pada lukisan itu terdapat gambar dua orang laki-laki yang sedang memanjat dan berusaha mengambil sarang lebah. Lukisan ini terdapat di dinding sebuah gua di Valencia, Spanyol.
Penggunaan antibiotika dalam beberapa dekade terakhir telah banyak membantu menekan dan mengurangi dampak negatif dari penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri, yang terlihat dari kian menurunnya angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas). Namun, maraknya pengggunaan antibiotika oleh masyarakat yang tidak sesuai dengan anjuran dokter, telah memunculkan fenomena kekebalan (resistensi) bakteri terhadap beberapa antibiotika, antara lain golongan penisilin.
Saat ini telah diketahui ada satu strain bakteri Staphylococcus aureus yang resisten terhadap golongan antibiotika golongan penisilin, yaitu methicillin-resistant staphylococcus aureus (MRSA). Selain itu terdapat bakteri yang resisten terhadap golongan antibitika vancomisin, yaitu vancomycin-resistant enterococci (VRE). Sebuah penelitian dilakukan oleh Allen Kl, dkk (2000) tentang efek anti-bakteri madu dilakukan terhadap kedua strain bakteri yang telah resisten terhadap antibitika konvensional tersebut. Hasilnya, madu efektif menghambat pertumbuhan MRSA pada konsentrasi 3%-8%, sedangkan pertumbuhan VRE dihambat pada konsentrasi 5%-10% .
Dari uraian di atas praktikan menyusun sebuah laporan hasil percobaan dengan judul ”UJI DAYA ANTIMIKROBA MADU”
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh dan potensi beberapa macam madu terhadap penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus?
1.3 Tujuan
Mengetahui pengaruh dan potensi beberapa macam madu terhadap penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi kepada pembaca tentang kegunaan madu.
2. Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menyelidiki madu sebagai agen antimikroba
1.5 Definisi Operasional
1. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh manusia jauh sebelum mengenal gula. Madu berasal dari saripati bunga (nektar) yang dikumpulkan oleh lebah. Nektar ini kemudian diolah menjadi madu dalam kelenjar lebah pekerja. Madu memiliki kadar gula yang tinggi. Kadar gula yang tinggi ini mampu menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri. Madu juga bersifat asam sehingga bakteri patogen tidak dapat bertahan hidup (Ririn, 2008).
2. Obat adalah bahan berkhasiat yang mampu mengubah faal, fisiologi, dan biokimia tubuh sehingga yang sakit menjadi lebih sehat dan yang sehat menjadi lebih bugar.
3. Madu bersifat antibakteri. Madu mengandung zat anti-biotik yang aktif melawan serangan berbagai patogen penyebab penyakit.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Madu
Rahasia Dibalik Manisnya Madu, 8 Desember 2009 by Al Khair. Hanya dengan menyebut namanya, mungkin anda langsung melayangkan pikiran Anda ke cairan kental berwarna oranye-kekuningan berasa manis asam, yang tidak cuma nikmat diminum tapi juga memiliki banyak manfaat untuk kesehatan.
a. Kandungan Madu
Ternyata, di balik cairan kental manis asam tersebut tersimpan sejuta rahasia kesehatan yang akan diungkapkan berikut ini. Setiap 1.000 g madu bernilai 3.280 kalori. Nilai kalori 1 kg madu sama dengan 50 butir telur atau 5,5751 susu, atau 1,680 kg daging. Madu memiliki nilai gizi yang baik untuk kesehatan. Khasiat madu sangat berkaitan dengan kandungan gulanya yang tinggi, yakni fruktosa 41 persen, glukosa 35 persen, dan sukrosa 1,9 persen. Kadar protein dalam madu sendiri relatif kecil, sekitar 2,6 persen.
Namun kandungan asam aminonya cukup beragam, baik asam amino essensial maupun non essensial. Serta unsur kandungan lainnya, seperti tepung sari ditambah berbagai enzim pencernaan. Belum lagi vitamin yang terdapat dalam madu yang beragam, antara lain vitamin B1, vitamin B2, B3, B6, dan vitamin C. Sementara mineral yang terkandung dalam madu antara lain Kalium, Natrium, Kalsium, Magnesium, Besi, Tembaga, Fosfor, dan Sulfur. Meskipun jumlahnya relatif sedikit, mineral madu merupakan sumber ideal bagi tubuh manusia karena imbangan dan jumlah mineral madu mendekati yang terdapat dalam darah manusia. Madu juga mengandung zat antibiotik dimana kandungan ini merupakan salah satu keunikan madu.
Meski sama manisnya, perlakuan tubuh manusia terhadap madu yang manis itu berbeda dibandingkan dengan gula atau gula pasir. Madu dapat diproses langsung menjadi glukogen, sedangkan gula harus diproses terlebih dulu oleh enzim pen-cernaan di usus. Dengan demikian tubuh manusia bisa lebih cepat merasakan manfaat madu dibandingkan dengan gula pasir. Kandungan kalori madu 40 persenlebih rendah dibandingkan dengan gula pasir. Walau memberi energi yang besar, madu tidak menambah berat badan. Karena molekul gula pada madu dapat berubah menjadi gula lain (misalnya fruktosa menjadi glukosa), madu mudah dicerna oleh perut yang paling sensitif sekalipun, meskipun memiliki kandungan asam yang tinggi. Madu dapat membantu usus dan ginjal untuk berfungsi lebih baik.
Jika dicampur dengan air hangat, madu dapat berdifusi ke dalam darah dalam waktu tujuh menit. Molekul gula bebasnya membuat otak berfungsi lebih baik karena otak merupakan pengkonsumsi gula terbesar. Madu menyediakan banyak energi yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan darah. Lebih jauh lagi ia membantu pembersihan darah dan peredaran darah sehingga berfungsi sebagai pelindung terhadap masalah pembuluh kapiler dan arteriosklerosis.
Madu bersifat antibakteri. Madu mengandung zat anti-biotik yang aktif melawan serangan berbagai patogen penyebab penyakit.
Ada empat faktor yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antibakteri pada madu.
1. Kadar gula madu yang tinggi akan menghambat per-tumbuhan bakteri sehingga bakteri tidak dapat hidup dan berkembang.
2. Tingkat keasaman madu yang tinggi (pH 3.65) akan mengurangi pertumbuhan dan daya hidupnya sehingga bakteri tersebut mati.
3. Adanya senyawa radikal hidrogen pe-roksida yang bersifat dapat membunuh mikroorganisme patogen.
4. Adanya senyawa organik yang bersifat antibakteri. Senyawa organik tersebut tipenya bermacam-macam. Yang telah teridentifikasi antara lain seperti polyphenol, flavonoid, dan glikosida.
b. Di Antara Penyakit Yang Dapat Diobati Dengan Madu
Beberapa penyakit infeksi berbagai patogen yang dapat “disembuhkan” dan dihambat dengan (minum) madu secara teratur antara lain : Penyakit lambung dan saluran pencernaan, penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), batuk dan demam, penyakit jantung, hati, dan paru, penyakit-penyakit yang dapat mengganggu mata, telinga, dan syaraf.
Madu mengatasi gangguan pernapasan, terutama untuk mengusir dahak atau cairan yang menyumbat saluran pernapasan. Madu adalah desinfektan ringan, sehingga mampu menyembuhkan radang tenggorokan. Cairan manis ini juga bisa meningkatkan produksi cairan ludah yang dapat membantu mengatasi tenggorokan yang kering atau teritasi.
Madu juga dapat mengobati luka infeksi setelah operasi, borok, obat untuk terapi pasca operasi pasien kanker vulva, luka jahitan dan pencangkokan kulit. Sebagai obat luka, madu mampu menyerap air pada luka, sehingga mencegah infeksi dan memperbaiki jaringan dengan cepat. Madu menembus luka dalam sehingga juga membantu pembentukan butiran jaringan baru. Konsumsi madu secara teratur memperkuat sel darah putih untuk melawan bakteri dan penyakit yang diakibatkan oleh virus. Madu kental dapat menghentikan pertumbuhan bakteri Candida alba. Madu yang mengencer hingga 40 persen menjadi bersifat baktericidal (pembunuh bakteri), sehingga mampu berperan sebagai anti bakteri dan anti jamur. Madu ampuh melawan Salmonella shigela, E. coli dan Vibrio cholera penyebab penyakit kolera yang telah merenggut jutaan penduduk dunia.
Madu juga dipercaya sebagai aprodisiak atau pembangkit gairah seksual. Madu dapat mengurangi efek yng ditimbulkan oleh racun. Madu bisa mengawetkan makanan. Kue-kue dengan menggunakan madu sebagai pengganti gula pasir akan lebih lama segarnya karena mengandung antibiotik alamiah. Madu yang bersifat penenang (sedatif) berguna juga untuk mengatasi ngompol pada anak-anak, disamping membuat tidur lebih nyenyak. Dari beberapa hal itu, disimpulkan bahwa madu memberikan manfaat penting dalam kehidupan manusia.
Berikut ini disampaikan tips hidup sehat dan sederhana dengan madu yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari : Ganti atau kurangkan penggunaan gula pasir dengan madu dalam penyediaaan minuman harian dan makanan. Di samping mendapatkan khasiat kesehatannya juga dapat menambah selera makan dengan keharumana madu.
c. Tips dan Dosis Dalam Mengkonsumsi Madu
Minumlah sesendok besar madu bersama segelas air hangat setiap pagi untuk kesegaran sepanjang hari. Jika batuk atau kelelahan, minum satu atau dua sendok madu. Jangan dicampur dengan air. Untuk memulihkan tenaga, campurkan telur ayam kampung dengan sedikit madu, diaduk kemudian diminum. Campurkan sedikit madu ke dalam minuman kanak-kanak, sehingga akan tidur dengan nyenyak. Sapukan madu pada bekas gigitan atau sengatan serangga untuk mempercepat penyembuhan luka. (http://terapimadu.wordpress.com/2009/12/08/rahasia-dibalik-manisnya-madu/ akses 18 April 2010 pukul 17.19 WIB)
d. Peran Madu dalam Mengatasi Fenomena Resistensi terhadap Antibiotik Konvensional
Penggunaan antibiotika dalam beberapa dekade terakhir telah banyak membantu menekan dan mengurangi dampak negatif dari penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri, yang terlihat dari kian menurunnya angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas). Namun, maraknya pengggunaan antibiotika oleh masyarakat yang tidak sesuai dengan anjuran dokter, telah memunculkan fenomena kekebalan (resistensi) bakteri terhadap beberapa antibiotika, antara lain golongan penisilin.
Saat ini telah diketahui ada satu strain bakteri Staphylococcus aureus yang resisten terhadap golongan antibiotika golongan penisilin, yaitu methicillin-resistant staphylococcus aureus (MRSA). Selain itu terdapat bakteri yang resisten terhadap golongan antibitika vancomisin, yaitu vancomycin-resistant enterococci (VRE). Sebuah penelitian dilakukan oleh Allen Kl dkk (2000) tentang efek anti-bakteri madu dilakukan terhadap kedua strain bakteri yang telah resisten terhadap antibitika konvensional tersebut. Hasilnya, madu efektif menghambat pertumbuhan MRSA pada konsentrasi 3%-8%, Sedangkan pertumbuhan VRE dihambat pada konsentrasi 5%-10%.
(http://bs-ba.facebook.com/topic.php?uid=63460826642&topic=8939 akses 18 April 2010 pukul 17.25 WIB)
e. Kelemahan Standarisasi Madu
Penelitian tentang efek anti-bakteri madu memang masih banyak kekurangannya. Yang sering dipertanyakan oleh para ahli dan peneliti kesehatan yang skeptis terhadap penggunaan madu adalah mengenai standarisasi madu yang digunakan. Namun, terlepas dari hal itu, bukti-bukti ilmiah yang telah didapatkan saat ini, memberi harapan baru bagi pengobatan terhadap penyakit-penyakit infeksi.
(http://bs-ba.facebook.com/topic.php?uid=63460826642&topic=8939 akses 18 April 2010 pukul 17.25 WIB)
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka konseptual
Dalam penelitian ini kami menggunakan berbagai macam madu untuk mengetahui daya antimikroba pada masing-masing madu. Selain itu digunakan medium NA yang telah diolesi dengan bakteri S. aureus dan kertas cakram yang berfungsi untuk melihat zona hambat pada masing-masing madu pada kertas cakram.
3.2 Hipotesis
Semakin luas daerah zona hambat maka pertumbuhan bakteri S. aureus semakin terhambat, semakin sedikit daerah zona hambat maka pertumbuhan bakteri S. aureus semakin pesat atau cepat
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian yang kami lakukan ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian ini dilakukan selama 2 hari. Hari pertama dilakukan inokulasi bakteri S. aureus pada medium NA dengan menggunakan madu. Pada hari kedua dilakukan pengamatan dengan melihat diameter zona hambat pada masing-masing kertas cakram.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi ruang BIO 303 jurusan Biologi FMIPA UM. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 5-6 April 2009.
4.3 Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Cawan petri 1. Medium NA
2. Tabung ukur 2. Macam-macam madu
3. Pinset 3. Aquades steril
4. Batang pengaduk 4. Cotton bud
5. Lampu spirtus 5. Kertas cakram
6. Tabung Durham 6. Spritus
7. Jarum ose 7. Biakan murni S. aureus
4.4 Prosedur Kerja
1. Mengambil madu sebanyak 5 ml.
2. Mengambil aquades steril sebanyak 5 ml.
3. Mencampurkan kedua bahan (madu dan aquades) secara homogen pada cawan petri.
4. Memasukkan kertas cakram pada cawan petri yang berisi medium dan aquades minimal 10 buah selama kurang lebih 10 menit.
5. Mengoleskan bakteri S. aureus pada cawan petri yang berisi medium NA dengan menggunakan cotton bud.
6. Mengambil kertas cakram pada medium yang berisi madu dan aquades dengan menggunakan pinset.
7. Meletakkan kertas cakram pada medium NA.
8. Menunggu selama 1x24 jam. Zona hambat adalah zona bening yang tidak ditumbuhi oleh bakteri S. aureus.
4.5 Teknik Pengumpulan Data
Pada setiap cawan petri yang berisi medium NA yang telah diberi kertas cakram yang mengandung madu dilihat zona hambatnya. Setiap cawan petri berisi 5 macam madu.
Data Pengamatan
Uji antimikroba pada macam-macam madu terhadap S. aureus
No Jenis Madu Zona Hambat
1 Madu asli dari ternak 1 mm
2 Madu arab 0.5 mm
3 Madu 3 0,5 mm
4 Madu 4 0,5 mm
5 Madu 5 1 mm
4.6 Teknik Analisis Data
Pada uji antimikroba pada madu terhadap bakteri S. aureus memiliki beberapa jenis madu yang digunakan. Dari beberapa jenis madu tersebut memiliki kemampuan menghambat laju pertumbuhan bakteri yang berbeda-beda. Hal itu dapat dilihat dengan variasi lebar zona hambat yang terlihat pada data hasil pengamatan. Dari data dapat kita lihat bahwa madu yang memiliki kemampuan paling besar untuk menghambat laju bakteri adalah madu asli dari ternak dan madu nomor 5. Sedangkan madu arab, madu 3, dan madu 4 memiliki kemampuan yang lebih rendah dalam menghambat laju bakteri.
BAB IV
PEMBAHASAN
Bakteri kelompok Staphylococcus merupakan bakteri gram positif yang dapat menyebabkan berbagai penyakit. Lebih dari 30 jenis Staphylococcus yang dapat menginfeksi manusia dan dari jenis tersebut yang paling banyak menginfeksi adalah Staphylococcus aureus. Bakteri Staphylococcus aureus dapat mengakibatkan infeksi pada kerusakan pada kulit atau luka pada organ tubuh karena bakteri akan mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh. Saat bakteri masuk ke peredaran darah bakteri dapat menyebar ke organ lain dan meyebabkan infeksi, seperti pneumonia, infeksi pada katup jantung yang memicu pada gagal jantung, radang tulang, bahkan menyebabkan shock yang dapat menimbulkan kematian.
Madu adalah cairan kental yang diproduksi oleh lebah madu dari nektar bunga dan diduga berkhasiat dalam menyembuhkan berbagai jenis penyakit, antioksidan, antiinflamasi, obat saluran respirasi, gangguan mata, diabetes mellitus, dan juga dapat mendukung pertumbuhan mikroba probiotik.
Dari data pengamatan dapat dilihat bahwa madu memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus, hal itu dapat dilihat dengan terbentuknya zona hambat pada medium. Zona hambatan ini menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Madu memiliki aktivitas sebagai antimikroba atau anti bakteri karena madu memiliki kadar air yang relatif rendah, yakni kurang dari 20% dan kadar gula yang tinggi, kondisi tersebut sangat tidak mendukung untuk pertumbuhan mikroorganisme karena menimbulkan efek osmosis yang dapat membunuh mikroorganisme (Tonks dkk., 2003).
Kemampuan madu sebagai antimikroba yang lain adalah madu memiliki kadar pH yang rendah sehingga bersifat asam yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba, madu memiliki tekanan osmotik yang besar serta rasio karbon terhadap nitrogen yang tinggi (Rosita, 2007). Selain itu juga madu memiliki fungsi sebagai antimikroba karena dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme melalui senyawa hidrogen peroksida yang dihasilkan sehingga bakteri sulit untuk berkembang (Banq dkk., 2003).
Madu diketahui memiliki potensi menghambat pertumbuhan lebih dari 60 spesies bakteri patogen (penyebab penyakit, pen), termasuk bakteri golongan aerob, anaerob, positif gram serta negatif gram. Selain memiliki efek anti-bakteri topikal, madu juga diketahui memiliki efek anti-jamur, termasuk pada spesies Aspergillus dan Penicillium, serta jamur golongan dermatofita yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu cara cara kerja madu sebagai zat anti bakteria adalah melalui efek osmosis madu dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Efek osmosis anti-bakteri dari madu ditemukan pada tahun 1892 oleh Van Ketel. Hipotesisnya berdasarkan adanya fakta bahwa madu memiliki kadar gula sangat tinggi yang diduga memiliki sifat osmosis yang bermanfaat dalam menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Sebagaiman kita ketahui, osmosis adalah perpindahan zat atau senyawa kimia dari konsentrasi rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi. Melalui osmosis, madu membuat kadar air di dalam koloni bakteri menjadi berkurang dan terbatas. Hal ini akan menghambat pertumbuhan koloni bakteri tersebut.
Dari pemaparan di atas, maka dapat diketahui bahwa madu mampu dijadikan sebagai bahan antimikroba yang mampu menekan laju pertumbuhan bakteri S .aureus. Madu memiliki komponen zat yang bermacam-macam yang mampu menekan perkembangan bakteri selain itu kekentalan madu bisa memiliki sifat osmotik yang tinggi sehingga mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa macam madu berpengaruh terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Madu memiliki komponen zat yang bermacam-macam yang mampu menekan perkembangan bakteri selain itu kekentalan madu bisa memiliki sifat osmotik yang tinggi sehingga mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Madu diketahui memiliki potensi menghambat pertumbuhan lebih dari 60 spesies bakteri patogen (penyebab penyakit –pen), termasuk bakteri golongan aerob, an-aerob, positif gram serta negatif gram. Selain memiliki efek anti-bakteri topikal, madu juga diketahui memiliki efek anti-jamur, termasuk pada spesies Aspergillus dan Penicillium, serta jamur golongan dermatofita yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu cara cara kerja madu sebagai zat anti bakteria adalah melalui efek osmosis madu dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Efek osmosis anti-bakteri dari madu ditemukan pada tahun 1892 oleh Van Ketel. Hipotesisnya berdasarkan adanya fakta bahwa madu memiliki kadar gula sangat tinggi yang diduga memiliki sifat osmosis yang bermanfaat dalam menghambat pertumbuhan bakteri patogen.
5.2 Saran
1. Lakukan percobaan dengan prinsip aseptik yang benar.
2. Bacalah petunjuk praktikum sebelum memulai percobaan
3. Penyusunan laporan harus menggunakan sumber-sumber referensi yang jelas dan dapat dipetanggungjawabkan.
Diskusi
1. Mengapa bakteri yang diuji harus dibiakkan dahulu dalam medium cair selama 1x24 jam?
2. Mengapa terbentuk zona hambatan di sekitar kertas penghisap yang telah direndam pada disenfektan?
Jawab:
1. Agar diketahui tingkat perkembangbiakannya atau pertumbuhannya dalam medium tersebut sehingga perlu diinkubasi selama 1x24 jam.
2. Terbentuknya zona hambatan dikarenakan madu dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus.
DAFTAR RUJUKAN
Evalina, Dina Gultom. 2009. http://terapimadu.wordpress.com/2009/12/08/rahasia-dibalik-manisnya-madu/ akses 18 April 2010 pukul 17.19 WIB
Ginanjar, Genis. 2008. Efek Antibakteri Topikal Madu, Manfaatnya bagi Kesehatan, Pengobatan.Jakarta: http://bsba.facebook.com/topic.php?uid=63460826642&topic=8939, akses 18 April 2010 pukul 17.25 WIB
Munica, Ririn. 2008. http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/biologi/article/view/1059, akses 18 April 2010 pukul 17.18 WIB
Isti’anah, Siti. http://medicine.uii.ac.id/index.php/Karya-Tulis-Ilmiah-KTI/Uji-Potensi-Antibakteri-Madu-dari-Lebah-Apis-mellifera-terhadap-Pseudomonas-aeruginosa-in-Vitri.html akses 18 April 2010 pukul 17.22 WIB
amirulbioum
Kamis, 16 September 2010
makalah assessment autentik
PENILAIAN AUTENTIK (Authentic Assessment)
MAKALAH
Disusun untuk melengkapi salah satu tugas matakuliah Evalusi Pendidikan IPA
Yang dibina oleh Dra. Sunarmi, M.Pd dan Avia Riza Dwi Kurnia, S.P, M.Pd
Oleh:
Amirul Hasan
NIM: 207341409186/Off BB
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Maret 2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini paradigma pendidikan di Indonesia sudah semakin berkembang dari pendekatan tradisional, dimana siswa hanyalah sebagai objek pendidikan, kurang aktif di dalam prosesnya dan gurulah yang menjadi center utama dalam pembelajaran, dan kemudian menjadi pendekatan yang lebih modern, yaitu berpusat kepada siswa. Berkembangnya metode dalam pendidikan tentu saja sejalan dengan berkembangnya sistem evaluasi di dalam pendidikan dan pembelajaran itu sendiri. Namun, sampai sekarang masih banyak sekolah-sekolah yang terlalu kaku dan tradisional dalam menerapkan sistem evaluasi kepada siswa. Siswa terkadang hanya dihadapkan pada sesuatu yang hanya bersifat fakta, jawaban pendek atau pertanyaan pilihan ganda.
Siswa hanya dinilai pada sejumlah tugas terbatas yang mungkin tidak sesuai dengan apa yang dikerjakan di kelas, menilai dalam situasi yang telah ditentukan sebelumnya dimana kandungannya sudah ditetapkan, seolah hanya menilai prestasi, jarang memberi sarana untuk menilai kemampuan siswa memonitor pembelajaran mereka sendiri bahkan jarang memasukan soal-soal yang menilai respon emotional terhadap pengajaran (Santrock, 2007).
Pada dasarnya, suatu sistem penilaian yang baik adalah tidak hanya mengukur apa yang hendak diukur, namun juga dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar lebih bertanggung jawab atas apa yang mereka pelajari, sehingga penilaian menjadi bagian integral dari pengalaman pembelajaran dan melekatkan aktivitas autentik yang dilakukan oleh siswa yang dikenali dan distimulasi oleh kemampuan siswa untuk menciptakan atau mengaplikasikan pengetahuan yang mereka dapat di ranah yang lebih luas (Earl&Cousins, 1995; Stiggins, 1996; Hargreaves, dkk, 2001).
Autentic assessment dianggap mampu untuk lebih mengukur secara keseluruhan hasil belajar dari siswa karena penilaian ini menilai kemajuan belajar bukan melulu hasil tetapi juga proses dan dengan berbagai cara. Dengan kata lain sistem penilaian seperti ini dianggap lebih adil untuk siswa sebagai pembelajar, karena setiap jerih payah yang siswa hasilkan akan lebih dihargai (Sudrajat, 2007). Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik menyusun makalah yang berjudul ”Penilaian Autentik (Authentic Assessment)”
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan ciri-ciri penilaian autentik (Authentic Assessment)?
2. Bagaimana manfaat dan tujuan penilaian autentik?
3. Bagaimana penerapan autentik?
4. Bagaimana contoh penilaian autentik?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dan ciri-ciri penilaian autentik.
2. Menjelaskan manfaat dan tujuan penilaian autentik.
3. Menjelaskan penerapan autentik.
4. Mendeskripsikan contoh penilaian autentik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Ciri-Ciri Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
Gulikers, Bastiaens & Kirschner (2004) menjelaskan bahwa authentic assesment menuntut siswa untuk menggunakan kompetensi yang sama atau mengkombinasikan pengetahuan, kemampuan, dan sikap yang dapat mereka aplikasikan pada kriteria situasi dalam kehidupan professional.
Berikut ini beberapa macam pengertian asesmen autentik dari berbagai sumber:
1. Asesmen autentik adalah soal tes atau latihan yang sangat mendekati hasil pendidikan sains yang diinginkan. Latihan informasi dan penalaran ilmiah pada situasi semacam yang akan dihadapi di luar kelas. (The National Science Education Standart, 1995, dalam Voss, tanpa tahun)
2. Suatu asesmen yang melibatkan siswa di dalam tugas-tugas otentik yang bermanfaat, penting, dan bermakna (Hart, 1994). Asesmen itu terlihat sebagai aktivitas pembelajaran yang melibatkan keterampilan berpikir tinggi serta koordinasi tentang pengetahuan yang luas.
3. Asesmen autentik menantang peserta didik untuk menerapkan informasi maupun keterampilan akademik baru pada suatu situasi riil untuk suatu maksud yang jelas. Asesmen autentik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengeluarkan seluruh kemampuannya sembari memperlihatkan apa yang telah dipelajarinya (Johnson, 2002).
4. Asesmen autentik adalah suatu cara pengukuran penguasaan peserta didik terhadap suatu mata pelajaran dengan cara yang lain dibanding regugitasi sederhana dari pengetahuan. Asesmen autentik harus mengukur proses pemahaman dan bukan sederhana potongan-potongan informasi yang dihafal.
(http://www.cast.org/neac/AnchoredInstruction1663.cfm).
5. Suatu asesemen dikatakan autentik, jika asesmen itu memeriksa/menguji secara langsung perbuatan atau prestasi peserta didik berkaitan dengan tugas intelektual yang layak (Grant, 1990). Dalam hal ini asesmen autentik menutut peserta didik untuk menjadi orang yang efektif yang memiliki pengetahuan yang dibutuhkan.
Asesmen menjadi autentik bilamana pembelajaran yang diukur oleh asesmen itu memiliki nilai di luar kelas serta bermakna bagi peserta didik (Kerka, 1995). Asesmen autentik mengamanatkan keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang sesungguhnya.
Menurut Jon Mueller penilaian autentik merupakan suatu bentuk penilaian dimana siswa diminta untuk melakukan tugas-tugas dunia nyata yang menunjukkan aplikasi bermakna dari pengetahuan dan keterampilan esensial. Penilaian autentik biasanya mencakup tugas bagi siswa untuk melakukan dan sebuah rubrik di mana kinerja mereka pada tugas yang akan dievaluasi.
Penilaian autentik berarti mengevaluasi pengetahuan atau keahlian siswa dalam konteks yang mendekati dunia rill atau kehidupan nyata sedekat mungkin (Pokey & Siders, 2001 dalam Santrock, 2007). Penilaian autentik muncul dikarenakan penilaian tradisional yang sering kali mengabaikan konteks dunia nyata (Santrock, 2007).
Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan informasi dan keterampilan baru dalam situasi nyata untuk tujuan tertentu. Penilaian ini merupakan alat bagi sekolah yang maju, yang tahu dengan jelas apa yang diharapkan dari siswa dan tahu dengan jelas bagaimana mereka mewujudkan kualitas tersebut (Sizer, 1992: Johnson, 2009).
Johnson (2009) menjelaskan bahwa authentic assesment berfokus kepada tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung, mengharuskan membangun, keterkaitan dan kerja sama, dan menanamkan tingkat berfikir yang lebih tinggi, karena tugas-tugas yang diberikan di dalam penilaian autentik mengharuskan penggunaan strategi-strategi tersebut, maka para siswa bisa menunjukan penguasaannya terhadap tujuan dan kedalaman pemahamannya, dan pada saat yang bersamaan meningkatkan pemahaman dan perbaikan diri.
Bila performance assessment meminta anak didik untuk mendemonstrasikan perilaku atau kemampuan tertentu dalam situasi testing. Authentic assessment membawa demonstrasi ini selangkah lebih maju dan menekankan pentingnya penerapan keterampilan atau kemampuan yang dimaksud dalam konteks situasi kehidupan nyata. Penilaian autentik berfokus pada tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung, mengharuskan membangun keterkaitan dan kerjasama, dan menanamkan tingkat berpikir yang lebih tinggi. Pengujian standar (ujian nasional, ulangan umum, dan lain-lain.) dan penilaian dalam bentuk angka bersifat ekslusif dan sempit, sementara penilaian autentik bersifat inklusif.
(http://heintjetamburian.blogspot.com/2008/02/contextual-teaching-learning.html, Akses 24 Maret 2010 pukul 18.31 WIB)
Ciri-ciri assessment authentic:
a. Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
b. Mempersyaratkan penerapan pengetahuan dan keterampilan.
c. Penilaian terhadap produk atau kinerja.
d. Tugas-tugas kontekstual dan relevan.
(Nur, 2001 dalam Sunarmi dan Triastono, 2003)
2.2 Manfaat dan Tujuan Penilaian Autentik
2.2.1 Manfaat Penilaian Autentik
Penggunaan penilaian autentik sebagai evaluasi hasil pembelajaran siswa di sekolah merupakan suatu solusi yang bisa ditawarkan untuk melihat sejauh mana pembelajaran yang dilakukan berjalan dengan efektif. Di kedua sisi ini adalah sesuatu yang menguntungkan baik bagi siswa itu sendiri maupun pihak guru atau sekolah.
Manfaat bagi siswa adalah dapat mengungkapkan secara total seberapa baik pemahaman materi akademik mereka, mengungkapkan dan memperkuat penguasaan kompetensi mereka, seperti mengumpulkan informasi, menggunakan sumber daya, menangani teknologi dan berfikir sistematis, menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman mereka sendiri, dunia mereka dan masyarakat luas, mempertajam keahlian berfikir dalam tingkatan yang lebih tinggi saat mereka menganalisis, memadukan, dan mengidentifikasi masalah, menciptakan solusi dan mengikuti hubungan sebab akibat, menerima tanggung jawab dan membuat pilihan, berhubungan dan kerja sama dengan orang lain dalam membuat tugas, dan belajar mengevaluasi tingkat prestasi sendiri (Newmann & Wehlage, 1993; Jonshon, 2009).
Sedangkan bagi guru, penilaian autentik bisa menjadi tolak ukur yang komprehensif mengenai kemampuan siswa dan seberapa efektif metode yang diberikan kepada siswa bisa dijalankan. Oleh karena itulah, penerapan authentic assessment sebagai alat evaluasi hasil belajar di sekolah-sekolah ataupun level universitas penting untuk diperhatikan agar siswa tidak hanya sekedar menjadi pembelajar saja, namun pada akhirnya pencapaian prestasi diikuti dengan kemampuan mengaplikasikan kemampuan yang dimilikinya ke dalam dunia nyata.
2.2.2 Tujuan Penilaian Autentik
o Penilaian autentik bertujuan mengevaluasi kemampuan siswa dalam konteks dunia nyata. Dengan kata lain, siswa belajar bagaimana mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya ke dalam tugas-tugas yang autentik.
o Melalui penilaian autentik ini, diharapkan berbagai informasi yang absah/benar dan akurat dapat terjaring berkaitan dengan apa yang benar-benar diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa atau tentang kualitas program pendidikan .
(http://www.slideshare.net/abeyow/pembelajaran-kontekstualcontextual-teaching-learning-ctl akses 24 Maret 2010 pukul 19.08 WIB)
2.3 Bentuk dan Strategi Penerapan Penilaian Autentik
2.3.1 Bentuk Penerapan Penilaian Autentik
Bentuk-bentuk penerapan asesmen autentik yaitu sebagai berikut:
1. Pada umumnya pendidik mengenal 4 macam asesmen autentik, yaitu portofolio, perbuatan atau kinerja, proyek, dan respon tertulis secara luas (Johnson, 2002).
2. Asesmen autentik dapat mencakup aktivitas yang beragam seperti wawancara lisan, tugas problem solving kelompok, pembuatan portofolio (Hart, 1994). Dalam cara lain dinyatakan pula bahwa cara-cara asesmen dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu observasi, contoh-contoh perbuatan, serta tes dan prosedur serupa tes atau pengukuran prestasi peserta didik pada suatu waktu maupun tempat tertentu.
3. Peserta didik untuk mengilustrasikan informasi akademik yang telah dipelajarinya, misalnya dalam bidang sains, pendidikan, kesehatan, matematika, dan bahasa inggris, dengan merancang sebuah presentasi tentang emosi orang (Johnson, 2002).
4. Asesmen autentik memberikan kesatuan utuh tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang dijumpai dalam aktivitas pembelajaran yang paling baik, seperti melakukan penelitian, menulis, merevisi, dan mendiskusikan masalah. Asesmen autentik juga mengikuti apakah peserta didik dapat terampil memberikan jawaban perbuatan atau produk yang seksama dan yang dapat dipertanggungjawabkan. Asesmen autentik menjadi valid dan reliabel dengan cara menekankan dan membakukan kriteria produk yang sesuai (Grant, 1990).
2.3.2. Strategi Penilaian Autentik
o Penilaian kinerja (Performance assessment) yang dikembangkan untuk menguji kemampuan siswa dalam mendemonstrasikan pengetahuan pada berbagai situasi nyata dan konteks tertentu.
o Observasi sistematik atau investigasi jangka pendek (System Observation – short investigation) yang bermanfaat untuk menyajikan informasi tentang dampak aktivitas pembelajaran terhadap sikap siswa.
o Pertanyaan terbuka. Sama halnya observasi sistematik, ia memberikan stimulus dan bertanya kepada siswa untuk memberikan tanggapan. Tanggapan ini dapat berupa : (i) suatu tulisan singkat atau jawaban lisan; (ii) suatu pemecahan matematik; (iii) suatu gambar; (iv) suatu diagram, grafik.
o Portofolio (Portfolio) adalah kumpulan dari berbagai keterampilan, ide, minat dan keberhasilan/prestasi siswa selama jangka waktu tertentu (Hart, 1994). Koleksi tersebut memberikan gambaran perkembangan siswa setiap saat.
o Kajian/penilaian pribadi (self assessment). Siswa untuk mengevaluasi partisipasi, proses dan produk mereka. Pertanyaan evaluatif merupakan alat dasar dalam kajian pribadi.
o Jurnal (Journal) merupakan suatu proses refleksi dimana siswa berpikir tentang proses belajar dan hasilnya, kemudian menuliskan ide-ide, minat dan pengalamannya. Dengan kata lain jurnal membantu siswa dalam mengorgani-sasikan cara berpikirnya dan menuangkannya secara eksplisit dalam bentuk gambar, tulisan dan bentuk lainnya.
(http://www.slideshare.net/abeyow/pembelajaran-kontekstualcontextual-teaching-learning-ctl akses 24 Maret 2010 pukul 19.08 WIB)
Custer (1994), Lazar dan Bean (1991), Rerf (1995), serta Rudner dan Boston (1994) menyatakan bahwa beberapa alat yang digunakan pada asesmen autentik: (a) Ceklist, yaitu tentang tujuan pebelajar, kemajuan menulis/membaca, kelancaran menulis dan membaca, kontak pembelajaran, dan sebagainya, (b) Simulasi, (c) Essay dan contoh penulisan lain, (d) Demonstrasi atau perbuatan, (e) Wawancara masuk dan kemajuan, (f) Presentasi lisan, (g) Evaluasi oleh instruktur sejawat yang lainnya baik informal maupun formal, (h). Asesmen sendiri, (i) Pertanyaan-pertanyaan untuk respon yang tergagas.
Penyekoran Asesmen Autentik
Menurut Hart (1994), penyekoran asesmen autentik yaitu sebagai berikut: (a) Menekankan penyekoran berdasarkan suatu standar yang digunakan bersama, (b) Mengungkap dan mengidentifikasi kekuatan siswa, bukan menunjukkan kelemahan mereka, (c) Diskor berdasarkan standar kinerja yang jelas, bukan dengan acuan norma, (d) Mengakses proses dan komptensi secara rutin, (e) Menggalakkan siswa untuk melakukan kebiasaan menilai diri sendiri.
Alat yang dipakai untuk membantu guru melakukan penyekoran adalah rubrik penyekoran. Rubrik penyekoran adalah suatu set kriteria yang digunakan untuk menyekor atau menempatkan posisi siswa pada tes, portofolio, atau kinerja. Rubrik penyekoran mendeskripsikan tingkat kinerja yang diharapkan dicapai siswa secara relatif. Jadi, deskripsi kinerja-kinerja siswa dan bagaimana menempatkan kinerja tersebut dalam suatu rentangan nilai yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.4 Contoh Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
Lampiran 1 : Acuan Asesmen Kegiatan Diskusi Mahasiswa secara Individual
Lembar Skor untuk Diskusi
Mahasiswa :……………………………………..
Topik :……………………………………...
Positif
Skor Negatif
Skor
….
….
….
….
….
….
….
…. 1. Mengajukan pertanyaan
2. Memberi komentar yang relevan
3. Mengemukakan bukti-bukti untuk mendukung informasi faktual
4. Mengajak peserta yang pasif untuk berdiskusi
5. Mengetahui adanya pernyataan yang kontradiktif di antara peserta diskusi
6. Mengetahui adanya komentar yang kontradiktif di antara peserta diskusi
7. Dapat membuat suatu analogi
8. Mengemukakam pertanyaan untuk mengklarifikasi pernyataan yang kurang jelas ….
….
….
….
….
…. 1. Tidak memusatkan perhatian
2. Membingungkan peserta diskusi lain
3. Melakukan interupsi
4. Memberikan komentar yang tidak relevan
5. Memonopoli diskusi
6. Menyerang peserta lain
Lampiran 2 : Acuan Asesmen Kegiatan Diskusi Mahasiswa secara Berkelompok
Hal Kriteria Evaluasi
Isi Lengkap, dengan tambahan
materi yang bagus
(15) Lengkap
(12) Sama dengan text book
(10) Tidak lengkap, tetapi sebagian besar materi telah tercakup (5) Secara substansial tidak lengkap (0)
Presentasi Jelas, ringkas dengan alur yang baik
(10) Jelas, ringkas dengan alur kadang kurang baik.
(8) Kemam-puan
presentasi sedang
(7) Presentasi tersendat-sendat.
(4) Presentasi tidak berjalan
(0)
Organisasi kelompok Organisasi sangat bagus, saling menunjang
presentasi
(10) Organisasi bagus
(8) Organisasi sedang, beberapa orang kurang terorganisir
(6) Organisasi kurang sehingga sering terjadi kesalahan komuni-kasi
(4) Organisasi kacau sehingga presentasi sangat terganggu
(0)
Kreativitas Sangat kreatif tanpa keluar dari tujuan
(10) Kreatif menimbul-kan antusiasme (8) Kadang-kadang menarik perhatian
(6) Kreatifitas lemah
(4) Menjemu-
kan membuat mengantuk
(0)
Pengaturan Waktu Tepat waktu
(5) Waktu tidak terorgani-sasi dengan baik (0)
Keterangan: Jumlah keseluruhan skor maksimal adalah 50. Angka dalam tanda kurung adalah skor setiap kriteria.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Penilaian autentik merupakan evaluasi pengetahuan atau keahlian siswa dalam konteks yang mendekati dunia rill atau kehidupan nyata sedekat mungkin yang menunjukkan aplikasi bermakna dari pengetahuan dan keterampilan esensial.
Ciri-ciri assessment authentic:
a. Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
b. Mepersyaratkan penerapan pengetahuan dan keterampilan.
c. Penilaian terhadap produk atau kinerja.
d. Tugas-tugas kontekstual dan relevan.
2. Manfaat penilaian autentik
a. Bagi siswa: dapat mengungkapkan secara total seberapa baik pemahaman materi akademik, mengungkapkan dan memperkuat penguasaan kompetensi, seperti mengumpulkan informasi, menggunakan sumber daya, menangani teknologi dan berfikir sistematis.
b. Bagi guru: bisa menjadi tolak ukur yang komprehensif mengenai kemampuan siswa dan seberapa efektif metode yang diberikan kepada siswa bisa dijalankan.
Tujuan Penilaian autentik:
a. Penilaian autentik bertujuan mengevaluasi kemampuan siswa dalam konteks dunia nyata.
b. Menjaring berbagai informasi yang absah/benar, akurat, berkaitan dengan apa yang benar-benar diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa atau tentang kualitas program pendidikan.
3. Bentuk penilaian autentik:
a. Para pendidik mengenal empat macam, yaitu portofolio, perbuatan atau kinerja (performance), proyek, dan respon tertulis secara luas (Johnson, 2002).
b. Asesmen autentik dapat mencakup aktivitas yang beragam seperti wawancara lisan, tugas problem solving kelompok, pembuatan portofolio (Hart, 1994).
c. Peserta didik untuk mengilustrasikan informasi akademik yang telah dipelajarinya, dengan merancang sebuah presentasi tentang emosi orang (Johnson, 2002).
d. Asesmen autentik memberikan kesatuan utuh tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang dijumpai dalam aktivitas pembelajaran yang paling baik (Grant, 1990).
Strategi penerapan penilaian autentik: (a) Penilaian kinerja (Performance assessment), (b) Observasi sistematik atau investigasi jangka pendek (System Observation – short investigation), (c) Pertanyaan terbuka, (d) Portofolio, (e) Kajian/penilaian pribadi (self assessment), (f) Jurnal (Journal).
4. Contoh-contoh penilaian autentik termasuk mendemonstrasikan hasil karya dalam pameran seperti science fair (pameran sains) atau art show (pertunjukan seni), menunjukkan keterampilan yang dimiliki dalam bentuk kumpulan portofolio, menampilkan tari atau resital musik, berpartisipasi dalam debat, dan mempresentasikan karya tulis asli kepada teman-teman sebaya atau orang tua.
3.1 Saran
Penyajian makalah seharusnya disertai dengan pemahaman yang baik. Karena itu akan cukup membantu dalam penyusunan kalimat-kalimat, kata-kata yang lebih operasional sehingga mudah dipahami pembaca. Sebaiknya, jika makalah disusun dari literatur, maka harus mengutip dari literatur yang terpercaya, agar kevalidan argumen dan kebenaran teori bisa dipertanggungjawabkan.
DAFTAR RUJUKAN
(http://heintjetamburian.blogspot.com/2008/02/contextual-teaching-learning.html, Akses 24 Maret 2010 pukul 18.31 WIB)
(http://www.cast.org/neac/AnchoredInstruction1663.cfm) akses 24 Maret 2010 Pukul 18.45 WIB)
http://www.slideshare.net/abeyow/pembelajaran-kontekstualcontextual-teaching-learning-ctl akses 24 Maret 2010 pukul 19.08 WIB
Sunarmi dan Triastono. 2003. Evaluasi proses dan Hasil Belajar. Malang: Dirjen DIKTI dan UM (Program SEMI-QUE IV)
MAKALAH
Disusun untuk melengkapi salah satu tugas matakuliah Evalusi Pendidikan IPA
Yang dibina oleh Dra. Sunarmi, M.Pd dan Avia Riza Dwi Kurnia, S.P, M.Pd
Oleh:
Amirul Hasan
NIM: 207341409186/Off BB
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Maret 2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini paradigma pendidikan di Indonesia sudah semakin berkembang dari pendekatan tradisional, dimana siswa hanyalah sebagai objek pendidikan, kurang aktif di dalam prosesnya dan gurulah yang menjadi center utama dalam pembelajaran, dan kemudian menjadi pendekatan yang lebih modern, yaitu berpusat kepada siswa. Berkembangnya metode dalam pendidikan tentu saja sejalan dengan berkembangnya sistem evaluasi di dalam pendidikan dan pembelajaran itu sendiri. Namun, sampai sekarang masih banyak sekolah-sekolah yang terlalu kaku dan tradisional dalam menerapkan sistem evaluasi kepada siswa. Siswa terkadang hanya dihadapkan pada sesuatu yang hanya bersifat fakta, jawaban pendek atau pertanyaan pilihan ganda.
Siswa hanya dinilai pada sejumlah tugas terbatas yang mungkin tidak sesuai dengan apa yang dikerjakan di kelas, menilai dalam situasi yang telah ditentukan sebelumnya dimana kandungannya sudah ditetapkan, seolah hanya menilai prestasi, jarang memberi sarana untuk menilai kemampuan siswa memonitor pembelajaran mereka sendiri bahkan jarang memasukan soal-soal yang menilai respon emotional terhadap pengajaran (Santrock, 2007).
Pada dasarnya, suatu sistem penilaian yang baik adalah tidak hanya mengukur apa yang hendak diukur, namun juga dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar lebih bertanggung jawab atas apa yang mereka pelajari, sehingga penilaian menjadi bagian integral dari pengalaman pembelajaran dan melekatkan aktivitas autentik yang dilakukan oleh siswa yang dikenali dan distimulasi oleh kemampuan siswa untuk menciptakan atau mengaplikasikan pengetahuan yang mereka dapat di ranah yang lebih luas (Earl&Cousins, 1995; Stiggins, 1996; Hargreaves, dkk, 2001).
Autentic assessment dianggap mampu untuk lebih mengukur secara keseluruhan hasil belajar dari siswa karena penilaian ini menilai kemajuan belajar bukan melulu hasil tetapi juga proses dan dengan berbagai cara. Dengan kata lain sistem penilaian seperti ini dianggap lebih adil untuk siswa sebagai pembelajar, karena setiap jerih payah yang siswa hasilkan akan lebih dihargai (Sudrajat, 2007). Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik menyusun makalah yang berjudul ”Penilaian Autentik (Authentic Assessment)”
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan ciri-ciri penilaian autentik (Authentic Assessment)?
2. Bagaimana manfaat dan tujuan penilaian autentik?
3. Bagaimana penerapan autentik?
4. Bagaimana contoh penilaian autentik?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dan ciri-ciri penilaian autentik.
2. Menjelaskan manfaat dan tujuan penilaian autentik.
3. Menjelaskan penerapan autentik.
4. Mendeskripsikan contoh penilaian autentik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Ciri-Ciri Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
Gulikers, Bastiaens & Kirschner (2004) menjelaskan bahwa authentic assesment menuntut siswa untuk menggunakan kompetensi yang sama atau mengkombinasikan pengetahuan, kemampuan, dan sikap yang dapat mereka aplikasikan pada kriteria situasi dalam kehidupan professional.
Berikut ini beberapa macam pengertian asesmen autentik dari berbagai sumber:
1. Asesmen autentik adalah soal tes atau latihan yang sangat mendekati hasil pendidikan sains yang diinginkan. Latihan informasi dan penalaran ilmiah pada situasi semacam yang akan dihadapi di luar kelas. (The National Science Education Standart, 1995, dalam Voss, tanpa tahun)
2. Suatu asesmen yang melibatkan siswa di dalam tugas-tugas otentik yang bermanfaat, penting, dan bermakna (Hart, 1994). Asesmen itu terlihat sebagai aktivitas pembelajaran yang melibatkan keterampilan berpikir tinggi serta koordinasi tentang pengetahuan yang luas.
3. Asesmen autentik menantang peserta didik untuk menerapkan informasi maupun keterampilan akademik baru pada suatu situasi riil untuk suatu maksud yang jelas. Asesmen autentik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengeluarkan seluruh kemampuannya sembari memperlihatkan apa yang telah dipelajarinya (Johnson, 2002).
4. Asesmen autentik adalah suatu cara pengukuran penguasaan peserta didik terhadap suatu mata pelajaran dengan cara yang lain dibanding regugitasi sederhana dari pengetahuan. Asesmen autentik harus mengukur proses pemahaman dan bukan sederhana potongan-potongan informasi yang dihafal.
(http://www.cast.org/neac/AnchoredInstruction1663.cfm).
5. Suatu asesemen dikatakan autentik, jika asesmen itu memeriksa/menguji secara langsung perbuatan atau prestasi peserta didik berkaitan dengan tugas intelektual yang layak (Grant, 1990). Dalam hal ini asesmen autentik menutut peserta didik untuk menjadi orang yang efektif yang memiliki pengetahuan yang dibutuhkan.
Asesmen menjadi autentik bilamana pembelajaran yang diukur oleh asesmen itu memiliki nilai di luar kelas serta bermakna bagi peserta didik (Kerka, 1995). Asesmen autentik mengamanatkan keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang sesungguhnya.
Menurut Jon Mueller penilaian autentik merupakan suatu bentuk penilaian dimana siswa diminta untuk melakukan tugas-tugas dunia nyata yang menunjukkan aplikasi bermakna dari pengetahuan dan keterampilan esensial. Penilaian autentik biasanya mencakup tugas bagi siswa untuk melakukan dan sebuah rubrik di mana kinerja mereka pada tugas yang akan dievaluasi.
Penilaian autentik berarti mengevaluasi pengetahuan atau keahlian siswa dalam konteks yang mendekati dunia rill atau kehidupan nyata sedekat mungkin (Pokey & Siders, 2001 dalam Santrock, 2007). Penilaian autentik muncul dikarenakan penilaian tradisional yang sering kali mengabaikan konteks dunia nyata (Santrock, 2007).
Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan informasi dan keterampilan baru dalam situasi nyata untuk tujuan tertentu. Penilaian ini merupakan alat bagi sekolah yang maju, yang tahu dengan jelas apa yang diharapkan dari siswa dan tahu dengan jelas bagaimana mereka mewujudkan kualitas tersebut (Sizer, 1992: Johnson, 2009).
Johnson (2009) menjelaskan bahwa authentic assesment berfokus kepada tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung, mengharuskan membangun, keterkaitan dan kerja sama, dan menanamkan tingkat berfikir yang lebih tinggi, karena tugas-tugas yang diberikan di dalam penilaian autentik mengharuskan penggunaan strategi-strategi tersebut, maka para siswa bisa menunjukan penguasaannya terhadap tujuan dan kedalaman pemahamannya, dan pada saat yang bersamaan meningkatkan pemahaman dan perbaikan diri.
Bila performance assessment meminta anak didik untuk mendemonstrasikan perilaku atau kemampuan tertentu dalam situasi testing. Authentic assessment membawa demonstrasi ini selangkah lebih maju dan menekankan pentingnya penerapan keterampilan atau kemampuan yang dimaksud dalam konteks situasi kehidupan nyata. Penilaian autentik berfokus pada tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung, mengharuskan membangun keterkaitan dan kerjasama, dan menanamkan tingkat berpikir yang lebih tinggi. Pengujian standar (ujian nasional, ulangan umum, dan lain-lain.) dan penilaian dalam bentuk angka bersifat ekslusif dan sempit, sementara penilaian autentik bersifat inklusif.
(http://heintjetamburian.blogspot.com/2008/02/contextual-teaching-learning.html, Akses 24 Maret 2010 pukul 18.31 WIB)
Ciri-ciri assessment authentic:
a. Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
b. Mempersyaratkan penerapan pengetahuan dan keterampilan.
c. Penilaian terhadap produk atau kinerja.
d. Tugas-tugas kontekstual dan relevan.
(Nur, 2001 dalam Sunarmi dan Triastono, 2003)
2.2 Manfaat dan Tujuan Penilaian Autentik
2.2.1 Manfaat Penilaian Autentik
Penggunaan penilaian autentik sebagai evaluasi hasil pembelajaran siswa di sekolah merupakan suatu solusi yang bisa ditawarkan untuk melihat sejauh mana pembelajaran yang dilakukan berjalan dengan efektif. Di kedua sisi ini adalah sesuatu yang menguntungkan baik bagi siswa itu sendiri maupun pihak guru atau sekolah.
Manfaat bagi siswa adalah dapat mengungkapkan secara total seberapa baik pemahaman materi akademik mereka, mengungkapkan dan memperkuat penguasaan kompetensi mereka, seperti mengumpulkan informasi, menggunakan sumber daya, menangani teknologi dan berfikir sistematis, menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman mereka sendiri, dunia mereka dan masyarakat luas, mempertajam keahlian berfikir dalam tingkatan yang lebih tinggi saat mereka menganalisis, memadukan, dan mengidentifikasi masalah, menciptakan solusi dan mengikuti hubungan sebab akibat, menerima tanggung jawab dan membuat pilihan, berhubungan dan kerja sama dengan orang lain dalam membuat tugas, dan belajar mengevaluasi tingkat prestasi sendiri (Newmann & Wehlage, 1993; Jonshon, 2009).
Sedangkan bagi guru, penilaian autentik bisa menjadi tolak ukur yang komprehensif mengenai kemampuan siswa dan seberapa efektif metode yang diberikan kepada siswa bisa dijalankan. Oleh karena itulah, penerapan authentic assessment sebagai alat evaluasi hasil belajar di sekolah-sekolah ataupun level universitas penting untuk diperhatikan agar siswa tidak hanya sekedar menjadi pembelajar saja, namun pada akhirnya pencapaian prestasi diikuti dengan kemampuan mengaplikasikan kemampuan yang dimilikinya ke dalam dunia nyata.
2.2.2 Tujuan Penilaian Autentik
o Penilaian autentik bertujuan mengevaluasi kemampuan siswa dalam konteks dunia nyata. Dengan kata lain, siswa belajar bagaimana mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya ke dalam tugas-tugas yang autentik.
o Melalui penilaian autentik ini, diharapkan berbagai informasi yang absah/benar dan akurat dapat terjaring berkaitan dengan apa yang benar-benar diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa atau tentang kualitas program pendidikan .
(http://www.slideshare.net/abeyow/pembelajaran-kontekstualcontextual-teaching-learning-ctl akses 24 Maret 2010 pukul 19.08 WIB)
2.3 Bentuk dan Strategi Penerapan Penilaian Autentik
2.3.1 Bentuk Penerapan Penilaian Autentik
Bentuk-bentuk penerapan asesmen autentik yaitu sebagai berikut:
1. Pada umumnya pendidik mengenal 4 macam asesmen autentik, yaitu portofolio, perbuatan atau kinerja, proyek, dan respon tertulis secara luas (Johnson, 2002).
2. Asesmen autentik dapat mencakup aktivitas yang beragam seperti wawancara lisan, tugas problem solving kelompok, pembuatan portofolio (Hart, 1994). Dalam cara lain dinyatakan pula bahwa cara-cara asesmen dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu observasi, contoh-contoh perbuatan, serta tes dan prosedur serupa tes atau pengukuran prestasi peserta didik pada suatu waktu maupun tempat tertentu.
3. Peserta didik untuk mengilustrasikan informasi akademik yang telah dipelajarinya, misalnya dalam bidang sains, pendidikan, kesehatan, matematika, dan bahasa inggris, dengan merancang sebuah presentasi tentang emosi orang (Johnson, 2002).
4. Asesmen autentik memberikan kesatuan utuh tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang dijumpai dalam aktivitas pembelajaran yang paling baik, seperti melakukan penelitian, menulis, merevisi, dan mendiskusikan masalah. Asesmen autentik juga mengikuti apakah peserta didik dapat terampil memberikan jawaban perbuatan atau produk yang seksama dan yang dapat dipertanggungjawabkan. Asesmen autentik menjadi valid dan reliabel dengan cara menekankan dan membakukan kriteria produk yang sesuai (Grant, 1990).
2.3.2. Strategi Penilaian Autentik
o Penilaian kinerja (Performance assessment) yang dikembangkan untuk menguji kemampuan siswa dalam mendemonstrasikan pengetahuan pada berbagai situasi nyata dan konteks tertentu.
o Observasi sistematik atau investigasi jangka pendek (System Observation – short investigation) yang bermanfaat untuk menyajikan informasi tentang dampak aktivitas pembelajaran terhadap sikap siswa.
o Pertanyaan terbuka. Sama halnya observasi sistematik, ia memberikan stimulus dan bertanya kepada siswa untuk memberikan tanggapan. Tanggapan ini dapat berupa : (i) suatu tulisan singkat atau jawaban lisan; (ii) suatu pemecahan matematik; (iii) suatu gambar; (iv) suatu diagram, grafik.
o Portofolio (Portfolio) adalah kumpulan dari berbagai keterampilan, ide, minat dan keberhasilan/prestasi siswa selama jangka waktu tertentu (Hart, 1994). Koleksi tersebut memberikan gambaran perkembangan siswa setiap saat.
o Kajian/penilaian pribadi (self assessment). Siswa untuk mengevaluasi partisipasi, proses dan produk mereka. Pertanyaan evaluatif merupakan alat dasar dalam kajian pribadi.
o Jurnal (Journal) merupakan suatu proses refleksi dimana siswa berpikir tentang proses belajar dan hasilnya, kemudian menuliskan ide-ide, minat dan pengalamannya. Dengan kata lain jurnal membantu siswa dalam mengorgani-sasikan cara berpikirnya dan menuangkannya secara eksplisit dalam bentuk gambar, tulisan dan bentuk lainnya.
(http://www.slideshare.net/abeyow/pembelajaran-kontekstualcontextual-teaching-learning-ctl akses 24 Maret 2010 pukul 19.08 WIB)
Custer (1994), Lazar dan Bean (1991), Rerf (1995), serta Rudner dan Boston (1994) menyatakan bahwa beberapa alat yang digunakan pada asesmen autentik: (a) Ceklist, yaitu tentang tujuan pebelajar, kemajuan menulis/membaca, kelancaran menulis dan membaca, kontak pembelajaran, dan sebagainya, (b) Simulasi, (c) Essay dan contoh penulisan lain, (d) Demonstrasi atau perbuatan, (e) Wawancara masuk dan kemajuan, (f) Presentasi lisan, (g) Evaluasi oleh instruktur sejawat yang lainnya baik informal maupun formal, (h). Asesmen sendiri, (i) Pertanyaan-pertanyaan untuk respon yang tergagas.
Penyekoran Asesmen Autentik
Menurut Hart (1994), penyekoran asesmen autentik yaitu sebagai berikut: (a) Menekankan penyekoran berdasarkan suatu standar yang digunakan bersama, (b) Mengungkap dan mengidentifikasi kekuatan siswa, bukan menunjukkan kelemahan mereka, (c) Diskor berdasarkan standar kinerja yang jelas, bukan dengan acuan norma, (d) Mengakses proses dan komptensi secara rutin, (e) Menggalakkan siswa untuk melakukan kebiasaan menilai diri sendiri.
Alat yang dipakai untuk membantu guru melakukan penyekoran adalah rubrik penyekoran. Rubrik penyekoran adalah suatu set kriteria yang digunakan untuk menyekor atau menempatkan posisi siswa pada tes, portofolio, atau kinerja. Rubrik penyekoran mendeskripsikan tingkat kinerja yang diharapkan dicapai siswa secara relatif. Jadi, deskripsi kinerja-kinerja siswa dan bagaimana menempatkan kinerja tersebut dalam suatu rentangan nilai yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.4 Contoh Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
Lampiran 1 : Acuan Asesmen Kegiatan Diskusi Mahasiswa secara Individual
Lembar Skor untuk Diskusi
Mahasiswa :……………………………………..
Topik :……………………………………...
Positif
Skor Negatif
Skor
….
….
….
….
….
….
….
…. 1. Mengajukan pertanyaan
2. Memberi komentar yang relevan
3. Mengemukakan bukti-bukti untuk mendukung informasi faktual
4. Mengajak peserta yang pasif untuk berdiskusi
5. Mengetahui adanya pernyataan yang kontradiktif di antara peserta diskusi
6. Mengetahui adanya komentar yang kontradiktif di antara peserta diskusi
7. Dapat membuat suatu analogi
8. Mengemukakam pertanyaan untuk mengklarifikasi pernyataan yang kurang jelas ….
….
….
….
….
…. 1. Tidak memusatkan perhatian
2. Membingungkan peserta diskusi lain
3. Melakukan interupsi
4. Memberikan komentar yang tidak relevan
5. Memonopoli diskusi
6. Menyerang peserta lain
Lampiran 2 : Acuan Asesmen Kegiatan Diskusi Mahasiswa secara Berkelompok
Hal Kriteria Evaluasi
Isi Lengkap, dengan tambahan
materi yang bagus
(15) Lengkap
(12) Sama dengan text book
(10) Tidak lengkap, tetapi sebagian besar materi telah tercakup (5) Secara substansial tidak lengkap (0)
Presentasi Jelas, ringkas dengan alur yang baik
(10) Jelas, ringkas dengan alur kadang kurang baik.
(8) Kemam-puan
presentasi sedang
(7) Presentasi tersendat-sendat.
(4) Presentasi tidak berjalan
(0)
Organisasi kelompok Organisasi sangat bagus, saling menunjang
presentasi
(10) Organisasi bagus
(8) Organisasi sedang, beberapa orang kurang terorganisir
(6) Organisasi kurang sehingga sering terjadi kesalahan komuni-kasi
(4) Organisasi kacau sehingga presentasi sangat terganggu
(0)
Kreativitas Sangat kreatif tanpa keluar dari tujuan
(10) Kreatif menimbul-kan antusiasme (8) Kadang-kadang menarik perhatian
(6) Kreatifitas lemah
(4) Menjemu-
kan membuat mengantuk
(0)
Pengaturan Waktu Tepat waktu
(5) Waktu tidak terorgani-sasi dengan baik (0)
Keterangan: Jumlah keseluruhan skor maksimal adalah 50. Angka dalam tanda kurung adalah skor setiap kriteria.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Penilaian autentik merupakan evaluasi pengetahuan atau keahlian siswa dalam konteks yang mendekati dunia rill atau kehidupan nyata sedekat mungkin yang menunjukkan aplikasi bermakna dari pengetahuan dan keterampilan esensial.
Ciri-ciri assessment authentic:
a. Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
b. Mepersyaratkan penerapan pengetahuan dan keterampilan.
c. Penilaian terhadap produk atau kinerja.
d. Tugas-tugas kontekstual dan relevan.
2. Manfaat penilaian autentik
a. Bagi siswa: dapat mengungkapkan secara total seberapa baik pemahaman materi akademik, mengungkapkan dan memperkuat penguasaan kompetensi, seperti mengumpulkan informasi, menggunakan sumber daya, menangani teknologi dan berfikir sistematis.
b. Bagi guru: bisa menjadi tolak ukur yang komprehensif mengenai kemampuan siswa dan seberapa efektif metode yang diberikan kepada siswa bisa dijalankan.
Tujuan Penilaian autentik:
a. Penilaian autentik bertujuan mengevaluasi kemampuan siswa dalam konteks dunia nyata.
b. Menjaring berbagai informasi yang absah/benar, akurat, berkaitan dengan apa yang benar-benar diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa atau tentang kualitas program pendidikan.
3. Bentuk penilaian autentik:
a. Para pendidik mengenal empat macam, yaitu portofolio, perbuatan atau kinerja (performance), proyek, dan respon tertulis secara luas (Johnson, 2002).
b. Asesmen autentik dapat mencakup aktivitas yang beragam seperti wawancara lisan, tugas problem solving kelompok, pembuatan portofolio (Hart, 1994).
c. Peserta didik untuk mengilustrasikan informasi akademik yang telah dipelajarinya, dengan merancang sebuah presentasi tentang emosi orang (Johnson, 2002).
d. Asesmen autentik memberikan kesatuan utuh tugas kepada peserta didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang dijumpai dalam aktivitas pembelajaran yang paling baik (Grant, 1990).
Strategi penerapan penilaian autentik: (a) Penilaian kinerja (Performance assessment), (b) Observasi sistematik atau investigasi jangka pendek (System Observation – short investigation), (c) Pertanyaan terbuka, (d) Portofolio, (e) Kajian/penilaian pribadi (self assessment), (f) Jurnal (Journal).
4. Contoh-contoh penilaian autentik termasuk mendemonstrasikan hasil karya dalam pameran seperti science fair (pameran sains) atau art show (pertunjukan seni), menunjukkan keterampilan yang dimiliki dalam bentuk kumpulan portofolio, menampilkan tari atau resital musik, berpartisipasi dalam debat, dan mempresentasikan karya tulis asli kepada teman-teman sebaya atau orang tua.
3.1 Saran
Penyajian makalah seharusnya disertai dengan pemahaman yang baik. Karena itu akan cukup membantu dalam penyusunan kalimat-kalimat, kata-kata yang lebih operasional sehingga mudah dipahami pembaca. Sebaiknya, jika makalah disusun dari literatur, maka harus mengutip dari literatur yang terpercaya, agar kevalidan argumen dan kebenaran teori bisa dipertanggungjawabkan.
DAFTAR RUJUKAN
(http://heintjetamburian.blogspot.com/2008/02/contextual-teaching-learning.html, Akses 24 Maret 2010 pukul 18.31 WIB)
(http://www.cast.org/neac/AnchoredInstruction1663.cfm) akses 24 Maret 2010 Pukul 18.45 WIB)
http://www.slideshare.net/abeyow/pembelajaran-kontekstualcontextual-teaching-learning-ctl akses 24 Maret 2010 pukul 19.08 WIB
Sunarmi dan Triastono. 2003. Evaluasi proses dan Hasil Belajar. Malang: Dirjen DIKTI dan UM (Program SEMI-QUE IV)
Langganan:
Postingan (Atom)