Kamis, 16 September 2010

laporan mikrobilogi

UJI DAYA ANTIMIKROBA MADU



LAPORAN PRAKTIKUM

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Mikrobiologi
Dibina oleh Sitoresmi Prabaningtyas, S.Si, M.Si dan Dr. Endang Suarsini, M.S





Oleh:
OFF BB/Kelompok 1
1. Amirul Hasan 207341409186
2. Candra Hermawan 207341412046
3. Sayu Chyntia 207341409187
4. Nuril Hidayati 207341409602
5. Tatit Milarsih 207341412054
















UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
April 2010




BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pengunaan antibiotika oleh masyarakat untuk terapi infeksi bakterial tidak jarang menimbulkan berbagai masalah seperti efek samping, dan harganya yang relatif mahal akibat bahan baku yang belum tersedia di dalam negeri. Madu merupakan salah satu kekayaan alam Indonesia yang sering dimanfaatkan sebagai obat luka (gangren). Pseudomonas aerugenosa merupakan salah satu dari tujuh spesies bakteri yang biasa terdapat pada luka infeksi. Kebiasaan masyarakat yang sering memanfaatkan madu sebagai obat luka ini menimbulkan pertanyaan apakah madu mempunyai kemampuan untuk menghambat perkembangbiakan dan membunuh pertumbuhan bakteri pada luka infeksi (Isti’anah, tanpa tahun).
Beberapa madu dinamai sesuai dengan sumber utama pakan lebahnya. Contohnya, lebah yang hidup di perkebunan randu akan menghasilkan madu yang dinamai madu randu, lebah yang hidup di daerah yang banyak tanaman mangga akan menghasilkan madu yang dinamai madu mangga. Adapula madu yang dinamai berdasarkan daerah asal madu, misalnya madu putih Sumbawa untuk madu yang berasal dari Sumbawa dan madu murni lokal untuk madu yang diternakkan di wilayah setempat (Ririn, 2008).
Sejak dulu madu telah digunakan dan dipercaya bermanfaat untuk menjaga kebugaran tubuh serta pengobatan beragam penyakit oleh manusia di seluruh dunia. Bukti tertulis tertua tentang pengumpulan serta pemanfaatan madu oleh manusia adalah sebuah lukisan pada batu jaman Mesolitikum sekitar 10.000 tahun yang lalu. Pada lukisan itu terdapat gambar dua orang laki-laki yang sedang memanjat dan berusaha mengambil sarang lebah. Lukisan ini terdapat di dinding sebuah gua di Valencia, Spanyol.
Penggunaan antibiotika dalam beberapa dekade terakhir telah banyak membantu menekan dan mengurangi dampak negatif dari penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri, yang terlihat dari kian menurunnya angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas). Namun, maraknya pengggunaan antibiotika oleh masyarakat yang tidak sesuai dengan anjuran dokter, telah memunculkan fenomena kekebalan (resistensi) bakteri terhadap beberapa antibiotika, antara lain golongan penisilin.
Saat ini telah diketahui ada satu strain bakteri Staphylococcus aureus yang resisten terhadap golongan antibiotika golongan penisilin, yaitu methicillin-resistant staphylococcus aureus (MRSA). Selain itu terdapat bakteri yang resisten terhadap golongan antibitika vancomisin, yaitu vancomycin-resistant enterococci (VRE). Sebuah penelitian dilakukan oleh Allen Kl, dkk (2000) tentang efek anti-bakteri madu dilakukan terhadap kedua strain bakteri yang telah resisten terhadap antibitika konvensional tersebut. Hasilnya, madu efektif menghambat pertumbuhan MRSA pada konsentrasi 3%-8%, sedangkan pertumbuhan VRE dihambat pada konsentrasi 5%-10% .
Dari uraian di atas praktikan menyusun sebuah laporan hasil percobaan dengan judul ”UJI DAYA ANTIMIKROBA MADU”

1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh dan potensi beberapa macam madu terhadap penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus?

1.3 Tujuan
Mengetahui pengaruh dan potensi beberapa macam madu terhadap penghambatan pertumbuhan Staphylococcus aureus.

1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi kepada pembaca tentang kegunaan madu.
2. Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menyelidiki madu sebagai agen antimikroba

1.5 Definisi Operasional
1. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh manusia jauh sebelum mengenal gula. Madu berasal dari saripati bunga (nektar) yang dikumpulkan oleh lebah. Nektar ini kemudian diolah menjadi madu dalam kelenjar lebah pekerja. Madu memiliki kadar gula yang tinggi. Kadar gula yang tinggi ini mampu menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri. Madu juga bersifat asam sehingga bakteri patogen tidak dapat bertahan hidup (Ririn, 2008).
2. Obat adalah bahan berkhasiat yang mampu mengubah faal, fisiologi, dan biokimia tubuh sehingga yang sakit menjadi lebih sehat dan yang sehat menjadi lebih bugar.
3. Madu bersifat antibakteri. Madu mengandung zat anti-biotik yang aktif melawan serangan berbagai patogen penyebab penyakit.






BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Madu

Rahasia Dibalik Manisnya Madu, 8 Desember 2009 by Al Khair. Hanya dengan menyebut namanya, mungkin anda langsung melayangkan pikiran Anda ke cairan kental berwarna oranye-kekuningan berasa manis asam, yang tidak cuma nikmat diminum tapi juga memiliki banyak manfaat untuk kesehatan.
a. Kandungan Madu
Ternyata, di balik cairan kental manis asam tersebut tersimpan sejuta rahasia kesehatan yang akan diungkapkan berikut ini. Setiap 1.000 g madu bernilai 3.280 kalori. Nilai kalori 1 kg madu sama dengan 50 butir telur atau 5,5751 susu, atau 1,680 kg daging. Madu memiliki nilai gizi yang baik untuk kesehatan. Khasiat madu sangat berkaitan dengan kandungan gulanya yang tinggi, yakni fruktosa 41 persen, glukosa 35 persen, dan sukrosa 1,9 persen. Kadar protein dalam madu sendiri relatif kecil, sekitar 2,6 persen.
Namun kandungan asam aminonya cukup beragam, baik asam amino essensial maupun non essensial. Serta unsur kandungan lainnya, seperti tepung sari ditambah berbagai enzim pencernaan. Belum lagi vitamin yang terdapat dalam madu yang beragam, antara lain vitamin B1, vitamin B2, B3, B6, dan vitamin C. Sementara mineral yang terkandung dalam madu antara lain Kalium, Natrium, Kalsium, Magnesium, Besi, Tembaga, Fosfor, dan Sulfur. Meskipun jumlahnya relatif sedikit, mineral madu merupakan sumber ideal bagi tubuh manusia karena imbangan dan jumlah mineral madu mendekati yang terdapat dalam darah manusia. Madu juga mengandung zat antibiotik dimana kandungan ini merupakan salah satu keunikan madu.
Meski sama manisnya, perlakuan tubuh manusia terhadap madu yang manis itu berbeda dibandingkan dengan gula atau gula pasir. Madu dapat diproses langsung menjadi glukogen, sedangkan gula harus diproses terlebih dulu oleh enzim pen-cernaan di usus. Dengan demikian tubuh manusia bisa lebih cepat merasakan manfaat madu dibandingkan dengan gula pasir. Kandungan kalori madu 40 persenlebih rendah dibandingkan dengan gula pasir. Walau memberi energi yang besar, madu tidak menambah berat badan. Karena molekul gula pada madu dapat berubah menjadi gula lain (misalnya fruktosa menjadi glukosa), madu mudah dicerna oleh perut yang paling sensitif sekalipun, meskipun memiliki kandungan asam yang tinggi. Madu dapat membantu usus dan ginjal untuk berfungsi lebih baik.
Jika dicampur dengan air hangat, madu dapat berdifusi ke dalam darah dalam waktu tujuh menit. Molekul gula bebasnya membuat otak berfungsi lebih baik karena otak merupakan pengkonsumsi gula terbesar. Madu menyediakan banyak energi yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan darah. Lebih jauh lagi ia membantu pembersihan darah dan peredaran darah sehingga berfungsi sebagai pelindung terhadap masalah pembuluh kapiler dan arteriosklerosis.
Madu bersifat antibakteri. Madu mengandung zat anti-biotik yang aktif melawan serangan berbagai patogen penyebab penyakit.
Ada empat faktor yang bertanggung jawab terhadap aktivitas antibakteri pada madu.
1. Kadar gula madu yang tinggi akan menghambat per-tumbuhan bakteri sehingga bakteri tidak dapat hidup dan berkembang.
2. Tingkat keasaman madu yang tinggi (pH 3.65) akan mengurangi pertumbuhan dan daya hidupnya sehingga bakteri tersebut mati.
3. Adanya senyawa radikal hidrogen pe-roksida yang bersifat dapat membunuh mikroorganisme patogen.
4. Adanya senyawa organik yang bersifat antibakteri. Senyawa organik tersebut tipenya bermacam-macam. Yang telah teridentifikasi antara lain seperti polyphenol, flavonoid, dan glikosida.
b. Di Antara Penyakit Yang Dapat Diobati Dengan Madu
Beberapa penyakit infeksi berbagai patogen yang dapat “disembuhkan” dan dihambat dengan (minum) madu secara teratur antara lain : Penyakit lambung dan saluran pencernaan, penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), batuk dan demam, penyakit jantung, hati, dan paru, penyakit-penyakit yang dapat mengganggu mata, telinga, dan syaraf.
Madu mengatasi gangguan pernapasan, terutama untuk mengusir dahak atau cairan yang menyumbat saluran pernapasan. Madu adalah desinfektan ringan, sehingga mampu menyembuhkan radang tenggorokan. Cairan manis ini juga bisa meningkatkan produksi cairan ludah yang dapat membantu mengatasi tenggorokan yang kering atau teritasi.
Madu juga dapat mengobati luka infeksi setelah operasi, borok, obat untuk terapi pasca operasi pasien kanker vulva, luka jahitan dan pencangkokan kulit. Sebagai obat luka, madu mampu menyerap air pada luka, sehingga mencegah infeksi dan memperbaiki jaringan dengan cepat. Madu menembus luka dalam sehingga juga membantu pembentukan butiran jaringan baru. Konsumsi madu secara teratur memperkuat sel darah putih untuk melawan bakteri dan penyakit yang diakibatkan oleh virus. Madu kental dapat menghentikan pertumbuhan bakteri Candida alba. Madu yang mengencer hingga 40 persen menjadi bersifat baktericidal (pembunuh bakteri), sehingga mampu berperan sebagai anti bakteri dan anti jamur. Madu ampuh melawan Salmonella shigela, E. coli dan Vibrio cholera penyebab penyakit kolera yang telah merenggut jutaan penduduk dunia.
Madu juga dipercaya sebagai aprodisiak atau pembangkit gairah seksual. Madu dapat mengurangi efek yng ditimbulkan oleh racun. Madu bisa mengawetkan makanan. Kue-kue dengan menggunakan madu sebagai pengganti gula pasir akan lebih lama segarnya karena mengandung antibiotik alamiah. Madu yang bersifat penenang (sedatif) berguna juga untuk mengatasi ngompol pada anak-anak, disamping membuat tidur lebih nyenyak. Dari beberapa hal itu, disimpulkan bahwa madu memberikan manfaat penting dalam kehidupan manusia.
Berikut ini disampaikan tips hidup sehat dan sederhana dengan madu yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari : Ganti atau kurangkan penggunaan gula pasir dengan madu dalam penyediaaan minuman harian dan makanan. Di samping mendapatkan khasiat kesehatannya juga dapat menambah selera makan dengan keharumana madu.
c. Tips dan Dosis Dalam Mengkonsumsi Madu
Minumlah sesendok besar madu bersama segelas air hangat setiap pagi untuk kesegaran sepanjang hari. Jika batuk atau kelelahan, minum satu atau dua sendok madu. Jangan dicampur dengan air. Untuk memulihkan tenaga, campurkan telur ayam kampung dengan sedikit madu, diaduk kemudian diminum. Campurkan sedikit madu ke dalam minuman kanak-kanak, sehingga akan tidur dengan nyenyak. Sapukan madu pada bekas gigitan atau sengatan serangga untuk mempercepat penyembuhan luka. (http://terapimadu.wordpress.com/2009/12/08/rahasia-dibalik-manisnya-madu/ akses 18 April 2010 pukul 17.19 WIB)
d. Peran Madu dalam Mengatasi Fenomena Resistensi terhadap Antibiotik Konvensional
Penggunaan antibiotika dalam beberapa dekade terakhir telah banyak membantu menekan dan mengurangi dampak negatif dari penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri, yang terlihat dari kian menurunnya angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas). Namun, maraknya pengggunaan antibiotika oleh masyarakat yang tidak sesuai dengan anjuran dokter, telah memunculkan fenomena kekebalan (resistensi) bakteri terhadap beberapa antibiotika, antara lain golongan penisilin.
Saat ini telah diketahui ada satu strain bakteri Staphylococcus aureus yang resisten terhadap golongan antibiotika golongan penisilin, yaitu methicillin-resistant staphylococcus aureus (MRSA). Selain itu terdapat bakteri yang resisten terhadap golongan antibitika vancomisin, yaitu vancomycin-resistant enterococci (VRE). Sebuah penelitian dilakukan oleh Allen Kl dkk (2000) tentang efek anti-bakteri madu dilakukan terhadap kedua strain bakteri yang telah resisten terhadap antibitika konvensional tersebut. Hasilnya, madu efektif menghambat pertumbuhan MRSA pada konsentrasi 3%-8%, Sedangkan pertumbuhan VRE dihambat pada konsentrasi 5%-10%.
(http://bs-ba.facebook.com/topic.php?uid=63460826642&topic=8939 akses 18 April 2010 pukul 17.25 WIB)
e. Kelemahan Standarisasi Madu
Penelitian tentang efek anti-bakteri madu memang masih banyak kekurangannya. Yang sering dipertanyakan oleh para ahli dan peneliti kesehatan yang skeptis terhadap penggunaan madu adalah mengenai standarisasi madu yang digunakan. Namun, terlepas dari hal itu, bukti-bukti ilmiah yang telah didapatkan saat ini, memberi harapan baru bagi pengobatan terhadap penyakit-penyakit infeksi.
(http://bs-ba.facebook.com/topic.php?uid=63460826642&topic=8939 akses 18 April 2010 pukul 17.25 WIB)





















BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka konseptual
Dalam penelitian ini kami menggunakan berbagai macam madu untuk mengetahui daya antimikroba pada masing-masing madu. Selain itu digunakan medium NA yang telah diolesi dengan bakteri S. aureus dan kertas cakram yang berfungsi untuk melihat zona hambat pada masing-masing madu pada kertas cakram.











3.2 Hipotesis
Semakin luas daerah zona hambat maka pertumbuhan bakteri S. aureus semakin terhambat, semakin sedikit daerah zona hambat maka pertumbuhan bakteri S. aureus semakin pesat atau cepat











BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian yang kami lakukan ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian ini dilakukan selama 2 hari. Hari pertama dilakukan inokulasi bakteri S. aureus pada medium NA dengan menggunakan madu. Pada hari kedua dilakukan pengamatan dengan melihat diameter zona hambat pada masing-masing kertas cakram.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi ruang BIO 303 jurusan Biologi FMIPA UM. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 5-6 April 2009.
4.3 Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Cawan petri 1. Medium NA
2. Tabung ukur 2. Macam-macam madu
3. Pinset 3. Aquades steril
4. Batang pengaduk 4. Cotton bud
5. Lampu spirtus 5. Kertas cakram
6. Tabung Durham 6. Spritus
7. Jarum ose 7. Biakan murni S. aureus

4.4 Prosedur Kerja
1. Mengambil madu sebanyak 5 ml.
2. Mengambil aquades steril sebanyak 5 ml.
3. Mencampurkan kedua bahan (madu dan aquades) secara homogen pada cawan petri.
4. Memasukkan kertas cakram pada cawan petri yang berisi medium dan aquades minimal 10 buah selama kurang lebih 10 menit.
5. Mengoleskan bakteri S. aureus pada cawan petri yang berisi medium NA dengan menggunakan cotton bud.
6. Mengambil kertas cakram pada medium yang berisi madu dan aquades dengan menggunakan pinset.
7. Meletakkan kertas cakram pada medium NA.
8. Menunggu selama 1x24 jam. Zona hambat adalah zona bening yang tidak ditumbuhi oleh bakteri S. aureus.
4.5 Teknik Pengumpulan Data
Pada setiap cawan petri yang berisi medium NA yang telah diberi kertas cakram yang mengandung madu dilihat zona hambatnya. Setiap cawan petri berisi 5 macam madu.
Data Pengamatan
Uji antimikroba pada macam-macam madu terhadap S. aureus
No Jenis Madu Zona Hambat
1 Madu asli dari ternak 1 mm
2 Madu arab 0.5 mm
3 Madu 3 0,5 mm
4 Madu 4 0,5 mm
5 Madu 5 1 mm








4.6 Teknik Analisis Data
Pada uji antimikroba pada madu terhadap bakteri S. aureus memiliki beberapa jenis madu yang digunakan. Dari beberapa jenis madu tersebut memiliki kemampuan menghambat laju pertumbuhan bakteri yang berbeda-beda. Hal itu dapat dilihat dengan variasi lebar zona hambat yang terlihat pada data hasil pengamatan. Dari data dapat kita lihat bahwa madu yang memiliki kemampuan paling besar untuk menghambat laju bakteri adalah madu asli dari ternak dan madu nomor 5. Sedangkan madu arab, madu 3, dan madu 4 memiliki kemampuan yang lebih rendah dalam menghambat laju bakteri.













BAB IV
PEMBAHASAN
Bakteri kelompok Staphylococcus merupakan bakteri gram positif yang dapat menyebabkan berbagai penyakit. Lebih dari 30 jenis Staphylococcus yang dapat menginfeksi manusia dan dari jenis tersebut yang paling banyak menginfeksi adalah Staphylococcus aureus. Bakteri Staphylococcus aureus dapat mengakibatkan infeksi pada kerusakan pada kulit atau luka pada organ tubuh karena bakteri akan mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh. Saat bakteri masuk ke peredaran darah bakteri dapat menyebar ke organ lain dan meyebabkan infeksi, seperti pneumonia, infeksi pada katup jantung yang memicu pada gagal jantung, radang tulang, bahkan menyebabkan shock yang dapat menimbulkan kematian.
Madu adalah cairan kental yang diproduksi oleh lebah madu dari nektar bunga dan diduga berkhasiat dalam menyembuhkan berbagai jenis penyakit, antioksidan, antiinflamasi, obat saluran respirasi, gangguan mata, diabetes mellitus, dan juga dapat mendukung pertumbuhan mikroba probiotik.
Dari data pengamatan dapat dilihat bahwa madu memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus, hal itu dapat dilihat dengan terbentuknya zona hambat pada medium. Zona hambatan ini menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Madu memiliki aktivitas sebagai antimikroba atau anti bakteri karena madu memiliki kadar air yang relatif rendah, yakni kurang dari 20% dan kadar gula yang tinggi, kondisi tersebut sangat tidak mendukung untuk pertumbuhan mikroorganisme karena menimbulkan efek osmosis yang dapat membunuh mikroorganisme (Tonks dkk., 2003).
Kemampuan madu sebagai antimikroba yang lain adalah madu memiliki kadar pH yang rendah sehingga bersifat asam yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba, madu memiliki tekanan osmotik yang besar serta rasio karbon terhadap nitrogen yang tinggi (Rosita, 2007). Selain itu juga madu memiliki fungsi sebagai antimikroba karena dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme melalui senyawa hidrogen peroksida yang dihasilkan sehingga bakteri sulit untuk berkembang (Banq dkk., 2003).
Madu diketahui memiliki potensi menghambat pertumbuhan lebih dari 60 spesies bakteri patogen (penyebab penyakit, pen), termasuk bakteri golongan aerob, anaerob, positif gram serta negatif gram. Selain memiliki efek anti-bakteri topikal, madu juga diketahui memiliki efek anti-jamur, termasuk pada spesies Aspergillus dan Penicillium, serta jamur golongan dermatofita yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu cara cara kerja madu sebagai zat anti bakteria adalah melalui efek osmosis madu dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Efek osmosis anti-bakteri dari madu ditemukan pada tahun 1892 oleh Van Ketel. Hipotesisnya berdasarkan adanya fakta bahwa madu memiliki kadar gula sangat tinggi yang diduga memiliki sifat osmosis yang bermanfaat dalam menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Sebagaiman kita ketahui, osmosis adalah perpindahan zat atau senyawa kimia dari konsentrasi rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi. Melalui osmosis, madu membuat kadar air di dalam koloni bakteri menjadi berkurang dan terbatas. Hal ini akan menghambat pertumbuhan koloni bakteri tersebut.
Dari pemaparan di atas, maka dapat diketahui bahwa madu mampu dijadikan sebagai bahan antimikroba yang mampu menekan laju pertumbuhan bakteri S .aureus. Madu memiliki komponen zat yang bermacam-macam yang mampu menekan perkembangan bakteri selain itu kekentalan madu bisa memiliki sifat osmotik yang tinggi sehingga mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen.





















BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa macam madu berpengaruh terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Madu memiliki komponen zat yang bermacam-macam yang mampu menekan perkembangan bakteri selain itu kekentalan madu bisa memiliki sifat osmotik yang tinggi sehingga mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Madu diketahui memiliki potensi menghambat pertumbuhan lebih dari 60 spesies bakteri patogen (penyebab penyakit –pen), termasuk bakteri golongan aerob, an-aerob, positif gram serta negatif gram. Selain memiliki efek anti-bakteri topikal, madu juga diketahui memiliki efek anti-jamur, termasuk pada spesies Aspergillus dan Penicillium, serta jamur golongan dermatofita yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu cara cara kerja madu sebagai zat anti bakteria adalah melalui efek osmosis madu dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Efek osmosis anti-bakteri dari madu ditemukan pada tahun 1892 oleh Van Ketel. Hipotesisnya berdasarkan adanya fakta bahwa madu memiliki kadar gula sangat tinggi yang diduga memiliki sifat osmosis yang bermanfaat dalam menghambat pertumbuhan bakteri patogen.

5.2 Saran
1. Lakukan percobaan dengan prinsip aseptik yang benar.
2. Bacalah petunjuk praktikum sebelum memulai percobaan
3. Penyusunan laporan harus menggunakan sumber-sumber referensi yang jelas dan dapat dipetanggungjawabkan.

Diskusi
1. Mengapa bakteri yang diuji harus dibiakkan dahulu dalam medium cair selama 1x24 jam?
2. Mengapa terbentuk zona hambatan di sekitar kertas penghisap yang telah direndam pada disenfektan?
Jawab:
1. Agar diketahui tingkat perkembangbiakannya atau pertumbuhannya dalam medium tersebut sehingga perlu diinkubasi selama 1x24 jam.
2. Terbentuknya zona hambatan dikarenakan madu dapat menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus.
DAFTAR RUJUKAN

Evalina, Dina Gultom. 2009. http://terapimadu.wordpress.com/2009/12/08/rahasia-dibalik-manisnya-madu/ akses 18 April 2010 pukul 17.19 WIB
Ginanjar, Genis. 2008. Efek Antibakteri Topikal Madu, Manfaatnya bagi Kesehatan, Pengobatan.Jakarta: http://bsba.facebook.com/topic.php?uid=63460826642&topic=8939, akses 18 April 2010 pukul 17.25 WIB
Munica, Ririn. 2008. http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/biologi/article/view/1059, akses 18 April 2010 pukul 17.18 WIB
Isti’anah, Siti. http://medicine.uii.ac.id/index.php/Karya-Tulis-Ilmiah-KTI/Uji-Potensi-Antibakteri-Madu-dari-Lebah-Apis-mellifera-terhadap-Pseudomonas-aeruginosa-in-Vitri.html akses 18 April 2010 pukul 17.22 WIB

1 komentar:

  1. The merit casino | Best casino online? (No Deposit Bonus)
    Best casinos for free. This 메리트 카지노 is why you 메리트카지노 can use the same money to play at the best real money casinos, casinos with the 제왕 카지노 best bonuses, games,

    BalasHapus